PULAU
BIRU : TEMPAT NGEGOJLOK MENTAL ORANG
Pulau
Biru yang jadi judul lagu di album Kampungan, adalah nama lain untuk
komunitas di Jalan Potlot III/14 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Nama ini
muncul setelah Slank melepaskan diri dari Budhi Soesatio. Jadi hampir
nggak mungkin ngomongin Slank tanpa menyinggung Pulau Biru. Dari awalnya
sebuah komunitas, Pulau Biru berkembang jadi rumah produksi (Pulau Biru
Production), sekitar pertengahan 1994. Lewat rumah produksi inlah segala
aktivitas dikendalikan. Mulai urusan kontrak artis, fans club,
merchandise sampai ke soal manajemen lainnya. Bertindaks sebagai
direktur adalah Denny, mantan pemain bass Slankyang juga sepupu Bimbim,
Kaka dan Rere. Meski bernuansa urakan, Pulau Biru memiliki struktur
organisasi cukup jelas. Hak kepemilikannya dipegang Slank, Denny, Bunda
dan Rustam Rastamanis. Buat memperlancar bisnis, Pulau Biru membuat tiga
divisi, yaitu manajemen artis, fans club dan rekaman (Piss Record).
Seabrek
anak kreatif lalu ngumpul disini. Ada revi Temo (tukang ngurusin Buletin),
Oche Van Jose (manajer Slank dan Imanez), Dimas Djayadiningrat (spesialis
coretan nyentrik, antara lain album Generasi Biru), Ferry Pengen (humas),
Budi (nongkrongin mixer kalo Slank atau artis Pulau Biru lainnya lagi
manggung), Dade (komandannya Kidnap Katrina dan Oppie). Karakter bisnis
Pulau Biru persis kayak perangai anak-anak Slank yang sponatn dan
slengean. Struktur kepengurusannya berubah-ubah secara spontan,
tergantung kebutuhan atau ide yang muncul pada waktu itu. Oche, misalnya,
sekali waktu bisa saja ngurusin Oppie. Sementara Dade pindah jadi pemain
bas BOP (Bandnya Oppie). Begitu seterusnya.
Denny
pun nggak terlalu lama menyandang jabatan manajer. Posisinya diambil
alih Oche, dari Oche kemudian pindah ke Abi Rahmat Akbar. Abi keluar,
digantikan Ila, adik bungsu Bimbim. Tu cewek juga Cuma sebentaran. Dia
mundur karena dilamar orang. Penggantinya adalah Lulu Ratna yang adik
Gugun Gondrong itu. "Sewaktu Ila keluar masih ada kontrak Slank
yang belum kelar. Sedang Bimbim menganggap Bunda belum mampu menangani
Slank," papar Bunda Iffet. Jadi, keterlibatan Lulu yang Cuma
berlangsung empat bulan itu kurang lebih untuk menyelesaikan sisa
kontrak antara September hingga Desember 1997. Begitu kelar, dia pun
cabut. Penggantinya adalah Stevie, yang langsung membawahi Slank formasi
Ridho – Abdee. Toh meski diakui cara kerjanya professional, Slank
rupanya nggak begitu klop sama Stevie. "Beberapa acara yang dia
bikin cukup sukses. Cuma gagasannya terlalu banyak yang musti segera
direalisir. Percepatan itu nggaks sesuai dengan gaya Slank," kata
Bimbim.
"Disamping
itu, kami pingin setiap hari dia muncul di Potlot, ternyata nggak
sanggup. Memang sih, manajer nggak musti saban hari dating. Tapi waktu
itu kami ngebutuhin dia," tambah Abdee Negara. Masa kerja Stevie
lebih singkat dari Lulu Ratna : Cuma satu bulan! Setelah beberapa kali
pergantian itu, akhhirnya Bunda Iffet turun tangan mengendalikan
manajemen Slank. Nggak nyombong, Bunda lah yang paling ditakuti personel
Slank. Setidaknya, Cuma Bunda yang sanggup "mengeluarkan"
Bimbim atau Kaka dari kamarnya. Kenapa Slank begitu sering gonta-ganti
manajer ? Menurut Bunda, kebanyakan ortu menganggap kerjaan manajer
artis nggak lebih dari sekedar hobi. Abi,satu contoh, akhirnya memilih
kerja kantoran sesuai permintaan ortunya.
Seiring
dikeluarkannya Pay, Bongky dan Indra, satu per saut pengurus Pulau Biru
mulai ngilang. Orang yang paling akhir cabut adalah Rustam Rastaman,
cowok mungil yang pernah begitu aktif. Kini pengurus Pulau Biru praktis
tinggal lima orang : Bunda (manajer), Ina (asisten), Ani (sekretaris),
‘Nti (merchandise) dan Masto (teknik). "Mereka mendapat gaji
bulanan dan tiap kali habis proyek pasti dapat bonus." Kata Bunda.
Biaya operasional manajemen Pulau Biru diperoleh dari hasil penjualan
merchandise dan potongan 5 persen untuk setiap kontrak Slank atau artis
lainnya. Tapi melihat lonjakan harga bahan baku sekarang ini, Bunda
berencana untuk bikin perubahahan prosentase. Dengan popularitas Slank
yang luar biasa, sebenarnya bisnis merchandise Pulau Biru menjanjikan
keuntungan yang nggak kecil. Tapi menurut Bimbim keuangan ruamh produksi
tersebut tetap kososng, kalo nggak mungkin ditulis bangkrut. Lho ?
"Kami terlalu percaya sama orang," sambungnya. Dia nggak
merinci lebih jauh. Jadi ya kamu cari tau sendiri maksud jawaban
tersebut.
Sekarang
dengan Bunda sebagai komandan, pulau Biru kelihatannya berusaha menata
kembali manajemen. Sosok yang nggak lagi bisa dibilang muda itu, dibantu
Sarina, tampaknya tertantang untuk bertindak adil. Salah satu hal yang
bikin runyam adalah tradisi kasbon (minjem duit). Ia menolak menyebut
siapa saja personel Slank yang paling sering kasbon. "Kalo yang
udah berkeluarga nanti dia malu, nggak usah disebutin," elaknya
sembari tersenyum. Ah Bunda lupa, kalo Cuma ngitung anak Slank yang udah
berkeluarga kan gampang! Jawaban khas ortu ini sekaligus menunjukan
bahwa karakter bisnis Pulau Biru sebenarnya mendua. Orang-orangnya
berusaha professional, tapi roda bisnis yang sekarang dijalankan masih
bersifat kekeluargaan. "Unsur kekeluargaan di Slank memang dominan
banget," komentar Lulu Ratna yang memilih berada di luar pagar.
Entah
ada hubungannya atau nggak, mereka yang mental dari Pulau Biruumumnya
yang nggak punya hubungan sodara. Toh Bimbim melihatnya dari sudut
pandang lain. " Pulau Biru adalah tempat menggodok mental artis.
Yang kuat bakal melejit, sebaliknya yang nggak kuat bakal jadi gila."
Bimbim mungkin cuma bercanda. Tapi maksudnya jelas, dalam hal apapun
tetap dibutuhkan totalitas. Nah siapa yang mentalnya kuat dan siapa yang
nggak, kamu cari sendiri jawabannya. Cuma yang musti diingat, kehadiran
Pulau Biru sudah memberi sumbangan cukup berarti buat dunia musik kita.
(Hai Klip Slank Okt 98).