Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in
coretan tinta. Diberdayakan oleh Blogger.

2 bocah kecil

Senin, 08 April 2013


#cerpenteguht

Namanya adalah Saddan dan Riska , dua anak kecil yang masih polos itu pergi ke meja yang satu ke meja yang lain. Aku memperhatikan nya , dia menyanyikan lagu yang tidak ada suaranya , dia hanya menggerakkan alat musik khas dari tutup botol logam itu.
Pada akhirnya mereka berdua mendekat kepadaku dan melakukan hal yang sama. Aku tersenyum , senyum juga sedekah bukan ? Kadua anak kecil itu sepertinya bisa menebak kalau saya tidak akan memberinya uang.
Sebelum mereka pergi , saya bertanya :
“Adik , kalian sudah makan?”
mereka berdua saling tatap , kemudian malu-malu mengangguk
“Sok hayuk , duduk disini, ayo makan dulu” , aku ternyum
mereka berdua malu , dan masih belum mengerti
“Gak usah malu , kakak yang bayar kok”,aku menambahkan
* * * * *
2 porsi soto ayam itu sudah mereka habiskan , mereka senang sekali. Mungkin ini makanan paling enak mereka selama sabulan ini. Saya menemani mereka makan meski makanan saya sudah habis duluan . Menunggu mereka menyelesaikan makannya. Sambil ngobrol. Nama yang lebih besar adalah Riska , 11 tahun , sudah tidak sekolah. Yang kedua adalah Saddan , mata bocah laki laki itu terlihat lebih tegar dari mata kakak-kakak aktivis di kampus-kampus ini. Dia masih sekolah , kelas 1 SD , mengamen setiap hari libur seperti ini atau selepas sekolahnya . Dia bilang seperti itu.
Mereka berdua sudah tidak memiliki ayah , dan tinggal dengan ibunya di rumah , rumahnya jauh , letaknya terlalu jauh dari kampus ini untuk menjadi area bermain anak anak usia mereka. Tapi , bagi anak jalanan , jalanan adalah rumah , dimanapun berada , itu adalah rumah.
Tampak mereka berdua lelah sekali 
“Kalian mau minum apa ?” saya tanya lagi
mereka lagi - lagi malu untuk menjawab 
saya tersenyum , kemudian mengambilkan minuman untuk mereka.
“Saddan , tetep sekolah yang rajin ya , jangan putus sekolah ya”
“Kak , kalau lulus SD nanti dapat ijazah ya?”,riska menimpali
“Iya riska”
“Ohhh itu bisa buat kerja ya?”, tanyanya lagi
saya mengangguk berat
“Makanya , riska meskipun udah nggak sekolah , tetep semangat berlajarnya ya , udah bisa membaca kan ?”
Riska mengangguk lucu sambil menikmati minumannya
“Kalian berdua , jadilah anak-anak yang baik ya , minggu depan , kesini lagi aja , kakak ada disini sekitar jam segini , nanti kakak jajanin lagi , mau ?”
“mau kak, mau mau . . “,mereka berdua mengangguk bersemangat
“besok kakak bawain buku-buku juga buat Riska , sama buat Saddan”
mereka berdua terlihat lebih cerah wajahnya , sekiranya mereka lahir di keluarga berada , pastilah riska ini akan tumbuh menjadi gadis yang cantik , dan saddan akan tumbuh menjadi laki-laki yang hebat.
Keceriaan mereka hanya tertutup oleh beban hidup dan kotornya penampilan mereka.
“Udah makannya ? udah kakak bayar kok , sama ini , martabak manis , titip buat ibu kalian ya”
mereka ragu-ragu menerimanya , bungkusan agak besar , mungkin martabak juga akan menjadi menu spesial mereka selama sebulan ini.
“Kakak mau pamit dulu ya, kalian hati-hati di jalan” 
“kakak , terima kasih ya , makanannya sama martabaknya , riska sama saddan jadi kenyang , belum makan dari kemarin soalnya”
saya antara hendak ingin menangis saat mereka mengatakannya,tapi ini ditempat umum.
Saya tepuk dan mengelus rambut mereka berdua yang tidak terawat. Anak-anak ini telah menyentuh hati saya sangat dalam. Mereka terlalu jujur dan polos. Rasanya tidak adil membiarkan anak-anak seusia mereka berada dijalanan mencari uang.
“Iya iya , minggu depan kesini lagi aja ya , riska sama saddan “
“iya kak , pasti pasti . . “
kemudian mereka berlari-lari kecil , bersembunyi dibalik pagar sambil menikmati minuman dan jajan mereka yang belum habis.

Pengunjung

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
cilacap, cilacap,jateng, Indonesia
maju terus pantang mundur