Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Terlalu Manis Untuk Dilupakan dari Slank (Sebuah Catatan Singkat Perjalanan Slank)

Senin, 11 Februari 2013

Share this history on :
“Jujur aja, mental kami (pada saat itu) nggak siap. Tiba-tiba segala hal jadi mudah. Orang-orang yang tadinya nggak asik sama kita, jadi asik.” - Bim-Bim, Drumer SLANK -

Bim-Bim, Drumer SLANK -
Pada saat anak2 seusianya pada saat itu bercita-cita jd presiden, dokter atau insinyur, Bimo Setiawan Sidharta (17 tahun) yg akrab dipanggil Bim-Bim justru malah bercita-cita menjadi seorang drummer sampai pada akhirnya ia mulai membentuk grup band Slank 28 tahun silam.
Bim-Bim udah ngerasa bosan terus-menerus membawakan lagu milik orang lain sehingga ia membentuk grup band Slank. Sebelumnya, ia udah pernah membentuk grup band bersama teman2 sekolahnya di Perguruan Cikini yg bernama Cikini Stone Complex (CSC), yang beranggotakan Bim-Bim (Drum), Boy (Gitar), Kiki (Gitar), Abi (Bass), Uti (Vokal) dan Well Welly (Vokal), tapi, ya itu tadi, bisanya cuma membawakan lagu orang lain. “Gue bosen jadi plagiat,” begitu kata Bim-Bim.
Mereka sering membawakan lagu2 Rolling Stones yang juga merupakan idola mereka.
Di tengah jalan, beberapa dari mereka keluar dengan berbagai alasan. Dengan diiringi keuletan dan tekad yang kuat dari seorang Bim-Bim untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang drummer sebuah grup band, maka ia pun membentuk sebuah band lagi bersama kedua saudaranya Denny dan Erwan serta mengajak Bongky Marcel sebagai gitaris baru yang pada saat itu tercatat sebagai gitaris Cockpit Junior Band dan mereka memutuskan utk membentuk grup band baru yg dinamakan ‘Red Evil’ dg formasi Bim-Bim (Drum), Bongky (Gitar), Kiki (Gitar), Denny (Bass), dan Erwan (Vokal) dan merekapun udah mulai berani memainkan lagu2 mereka sendiri.
Penampilan mereka yang cenderung slenge’an dan seadanya diatas panggung, membuat para penonton dan teman2 mereka menyebut mereka band slenge’an dan mulai saat itulah nama band mereka berubah menjadi SLANK. Sebenarnya, Slank dibentuk dengan tujuan sederhana yaitu bisa manggung dg lagu sendiri dan berharap bisa masuk dapur rekaman.
Tapi, meski udah membuat lagu sendiri, mereka ga bisa dengan mudah masuk dapur rekaman. Lima anak muda ini udah mendatangi beberapa perusahaan rekaman, tapi ga satu pun yang ambil peduli. “Alasannya, musik kami nggak bisa dijual,” kenang Bim-Bim.
Saat itu dunia rekaman Indonesia sedang ramai dengan musik rock-nya Nicky Astria dan Ikang Fawzy, pop kreatifnya Dedi Dhukun, dan juga pop melankolisnya Rinto Harahap plus Obbie Mesakh. Musik Slank yg ga masuk tiga kategori itu dianggap ga bisa menghasilkan keuntungan. Slank sempat frustrasi. Lantas mereka mencoba berkompromi dengan selera pasar. “Kami membuat lagu rock yang mirip-mirip lagunya Ikang Fawzy,” kata Bim-Bim. Sayangnya, meski udah kompromi begitu, lagu-lagu Slank tetap dinilai ga layak rekaman. Alasannya sama yaitu tidak komersil.
Selama menawarkan demo rekamannya itu, personel Slank pun berganti-ganti. Alasannya beragam, ada yang pengen meneruskan sekolah atau juga ada yang capek dengan kondisi band yang gitu-gitu aja. Pergantian personel emang udah menjadi kebiasaan dalam band ini, bahkan ada formasi Slank yang dibentuk khusus cuma untuk manggung disebuah acara ‘hajatan’.
Tercatat udah sekitar 13 kali Slank mengalami gonta-ganti personel. Bersama Bongky, Bim-Bim masih terus bertahan mengibarkan bendera Slank dan terus-menerus gonta-ganti personel, hingga akhirnya mereka bertemu dg Parlin Burman Siburian (Pay), Indra Chandra Setiadi (Indra Qadarsih) dan Akhadi Wira Satriaji (Kaka) yang juga merupakan sepupu dari Bim-Bim dan kemudian merekapun bergabung bersama Bim-Bim dan Bongky didalam Slank.
Setelah melalui proses yang sangat panjang, pada akhir tahun 1980-an, Slank dg formasi Bim-Bim (Drum), Bongky Marcell (Bass), Pay (Gitar), Kaka (Vokal), dan Indra Qadarsih (Keyboard) yang akhirnya berhasil membawa Slank masuk ke dapur rekaman.
1342946473398252175
Pay yang berjasa besar mengantarkan Slank berkenalan dengan Boedi Soesetyo, yang pada akhirnya menjadi manajer Slank. Ceritanya, selain bermain untuk Slank, Pay kadang juga bermain gitar mengiringi artis lain untuk rekaman.
Nah….suatu ketika, Pay mengisi gitar untuk album Nike Ardilla. Saat itu, Nike sedang ditangani produser Ichwan dan Boedi Soesetyo. Setelah tugasnya selesai, Pay menawarkan bandnya sendiri yakni Slank supaya bisa diberi kesempatan untuk rekaman. Ia lantas memperdengarkan demo Slank kepada dua produser ini. Tak disangka, dua orang ini tertarik. Langsung aja Slank pun diajak rekaman. Tapi di tengah jalan, Ichwan mundur. Jadilah Boedi sendirian yang menjadi produser.
Slank pun akhirnya masuk dapur rekaman dan berhasil merilis album pertama yang bertajuk SUIT-SUIT…He…He…(GADIS SEXY). Album yang keluar pada tahun 1990 ini ternyata laku keras. Album ini pun yang membuat Slank mendapatkan penghargaan di BASF Award 1991 sebagai ‘Artis Pendatang Baru Terbaik’.
Musiknya yang garang ditambah dengan lirik yang ’semau gue’, ternyata disukai banyak orang. “Kami cuma cerita yang ada di sekeliling kami,” kata Bimbim, yang memang paling sering memberi ide lirik lagu Slank. Di album pertamanya, Slank juga tanpa sungkan menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya, seperti yang mereka tuangkan dalam lagu yg berjudul ‘Memang’.
Walaupun usia para personel Slank pada saat itu masih sangat muda (bahkan Kaka dan Indra pada saat itu masih berusia belasan), Slank mampu mendobrak tradisi lirik musik Indonesia yang bersopan santun dalam tata bahasa. Dalam hal musik,di album pertamanya ini, mereka juga mencampur semua jenis musik. mulai dari rock yang hingar-bingar dalam lagu ‘Suit-suit…He…He…He…’, blues di lagu ‘Apatis Blues’, sampai rock manis di lagu ‘Maafkan’.
Slank bukan cuma ’semau gue’ dalam musik dan lirik lagu2nya, gaya berpakaian mereka pun sembarangan. Sandal jepit, kaus oblong dan celana jins belel (kadang2 celana pendek) adalah ’seragam’ sehari-hari mereka pada saat itu.
Bahkan pada saat itu, penampilan keseharian Kaka sang vokalis malah lebih mirip anak gelandangan daripada seorang vokalis grup band terkenal yang digandrungi remaja penggemar musik saat itu. Mereka juga tanpa sungkan memakai ’seragam’nya itu di mana aja.
Pernah, dalam suatu acara penghargaan musik di tahun 90-an, biasanya para artis yang datang mengenakan pakaian dari perancang busana ternama, justru sebaliknya pada saat itu Kaka malah datang dengan memakai kaus kostum timnas sepak bola Brasil, bercelana pendek, dan bersandal jepit.
Boedi ternyata produser yang jeli. Ia melihat gaya anak2 Slank yang se’mau’nya dan tidak mengindahkan aturan ini bisa dijual. Boedi pun lantas mengimbau anak2 Slank agar jangan mengubah gaya berpakaian ataupun gaya hidup mereka. “Kami disuruh jadi diri sendiri. Wah, rasanya senang banget,” kata Kaka. “Kami bahkan dilarang membaca buku-buku yang puitis seperti bukunya Kahlil Gibran untuk menulis lagu,” Bim-Bim menambahkan. Maka dari itu, semakin menjadilah Slank sebuah band baru dengan semangat pemberontakan. Bukan cuma dalam soal musik, tapi juga untuk urusan gaya hidup.
Pada tahun 1992, Slank mengeluarkan album kedua yg mereka beri nama ‘KAMPUNGAN’. Album ini pun laku keras. Gaya musiknya semakin ’semau gue’, tapi tetap enak didengar dan menyiratkan kecerdasan bermusik.
13429468531113482823
Coba denger lagu ‘Nina Bobo’. Didalam lagu ini, mereka berlima bersama-sama bernyanyi lagu tidur Nina Bobo dg hanya diiringi permainan keyboard ‘cerdas’ ala Indra Qadarsih. Gilanya, mereka memasukkan suara dengkur keras sebagai latar belakanqg nyanyiannya. Kegilaan lainnya lagi ada pada lagu ‘Bali Bagus’ yg diakhir lagu tsb, mereka memasukan suara Kaka yang lagi mabok berat. Di Album ini juga hits ‘Mawar Merah’ dan ‘Terlalu Manis’ yg melegenda itu tercipta. Dua lagu yang seolah-olah udah menjadi lagu wajib Slank saat konser sampe saat ini.
Sukses Slank diikuti dengan banyaknya musisi yang berdatangan ke ‘markas’ Slank di Jalan Potlot, Duren Tiga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Banyak musisi dan penyanyi yg ga cuma nongkrong, tapi jg ber’guru’ disana seperti Anang Hermansyah, Oppie Andaresta, Thomas ‘GIGI’ , Eki Lamoh (ex-Edane), Anda ‘Bunga’, Well Welly, Alm. Imanez, Ivanka, Baron, Flowers band, Alm. Andy Liani, Ipang ‘BIP’ dll. Merekapun juga mengawali kariernya di tempat ini.
Sehingga jadilah tempat tsb sbg ‘markas’ Slank, yang sebenarnya tempat tsb adalah rumah orangtua Bim-Bim. Setiap hari tempat tsb selalu ramai dikunjungi para musisi, ditambah para Slankers yang sekadar ingin berdekatan dengan para idolanya itu.
Bim-Bim mengaku kaget dengan kenyataan ini. “Jujur aja, mental kami nggak siap,” katanya. Menurut dia, bisa rekaman aja udah lebih dari cukup. Ia ga siap dengan popularitas. “Tiba-tiba segala hal jadi mudah. Orang-orang yang tadinya nggak asyik sama kita, jadi asyik,” kata Bim-Bim lagi.
“Slank pecah memang gara-gara mabok” - Bongky ‘BIP’, ex- Slank -
Saat itu, Slank emang lagi menikmati ketenaran. Setiap panggung pertunjukannya selalu dipenuhi penonton. Para Slankers seperti tak bosan-bosannya menghadiri pertunjukan yang mereka adakan. Album ketiganya yang diberi nama ‘PISS’ (1993) lagi2 laris manis, begitu juga album keempat ; ‘GENERASI BIRU’ (1994) yang melahirkan lagu2 hits seperti ‘Kamu Harus Pulang’ dan ‘Terbunuh Sepi’.
13429469311855562823
Kesuksesan ini nyatanya berpengaruh pada gaya hidup anak-anak Slank. Entah siapa yang memulai, mereka mulai akrab dengan putaw, narkotik jenis heroin. Keakraban mereka dengan narkotik melebihi keakraban antarpersonel band. Lima anak muda yang biasanya selalu bersama-sama di rumah Bim-Bim mulai asik sendiri-sendiri. Band pun mereka lupakan.
Badan para personel Slank pada saat itu udah makin tak berdaging alias kurus kering, loyo, mata kuyu, jarang tidur, hidup kacau, ga keurus dan yang paling parah adalah mereka semakin menjadi seorang pemadat berat. Ga ada hari tanpa drugs dan alkohol. Makin mabok, terasa makin asik dan lebih rock n’ roll.
Para tetangga mereka menuding ‘markas’ Slank tsb sebagai ‘rumah madat’. Suasananya sumpek, kumel, acak-acakan dan dekil. Beberapa remaja yang nongkrong di situ acuh tak acuh, awut-awutan dg sorot mata yang tak bersahabat. Bahkan pada saat itu, sehari2nya Kaka hanya berkaus oblong kutut, bercelana pendek dekil, dan tak beralas kaki.
Meski begitu, di tahun 1995 mereka tetap bisa menghasilkan album kelima yakni ‘MINORITAS’. Album kelima ini menjadi saksi keakraban anak2 Slank dengan narkoba.
Album ‘MINORITAS’ menjadi saksi tanda-tanda perpecahan di dalam tubuh Slank dg formasi paling dahsyat sepanjang sejarah berdirinya Slank. Banyak pengamat menilai album ini tidak sedahsyat karya Slank sebelumnya, baik dari segi musikalitas maupun lirik. Itu terjadi, menurut Bim-Bim, lantaran para personel udah jarang kumpul bersama. Mereka datang kalau ditelepon Bim-Bim aja. “Dalam album ini, gue udah kayak solo karir aja,” cerita Bim-Bim. “Pay datang ngisi gitar, terus pergi. Bongky dan Indra juga begitu,” kata Bim-Bim.
1342947127537941932
Benih-benih perpecahan itu semakin tumbuh. Ketidakcocokan mulai melebar ketimbang memperkuat komitmen awal saat membentuk Slank. Puncaknya adalah ketika Bongky, Indra, dan Pay (sekarang membentuk grup band BIP) harus keluar dari grup yang udah mencengkeramkan pengaruhnya di blantika musik Tanah Air itu. “Slank pecah memang gara-gara mabok,” aku Bongky dan Pay, berbarengan. Menurut Bongky, kondisi Slank saat itu emang udah ga bisa lagi diselamatkan. Sayang emang, formasi Slank yang melahirkan banyak karya bagus dg kualitas musik yg luar biasa mesti pecah.
“Kalau dulu kami itu Slank perjuangan, sekarang Slank selebritas” - Bongky ‘BIP’, ex-Slank -
Bim-Bim dan Kaka, dua personel Slank yang masih tersisa pada saat itu, bertekad terus mengibarkan bendera Slank. Mereka lantas membuat album ‘LAGI SEDIH’ yang merupakan ‘cermin’ dari perasaan mereka pada saat itu.
13429474281924195027
Album tsb dikerjakan bersama dibantu dengan dua musisi tamu yang udah ga asing lagi di daerah Potlot, yakni Ivanka (Bass) dan Reynold (Gitar) sebagai additional player. Formasi empat orang ini sempat beberapa kali manggung. Sayangnya ditengah jalan, Reynold tiba-tiba mengundurkan diri dari Slank. Bim-Bim, Kaka, dan Ivanka kebingungan dg ‘cabut’nya Reynold dari Slank. Apalagi, saat itu mereka punya janji untuk mengadakan konser satu minggu ke depan. Akhirnya, mereka sepakat merekrut gitaris lain. Atas rekomendasi dari Ivanka, maka muncul nama Abdee Negara dan Ridho Hafiedz.
Setelah beberapa kali manggung, Bim-Bim dan Kaka mengumumkan bahwa Ivanka, Abdee, dan Ridho sebagai personel tetap Slank yang baru menggantikan Bongky, Indra dan Pay. Lantas, Slank baru ini pun mulai rekaman dan mengeluarkan album ‘TUJUH’ pada tahun 1997.
Berbeda dengan Slank formasi lama yang cenderung nge-rock, Slank formasi ini cenderung lebih nge-blues. Lirik mereka pun berubah. Tak lagi bercerita soal persoalan anak muda. Mereka udah mulai menyentuh masalah sosial dan politik. Di album ‘TUJUH’ ini juga me’lahir’kan hits ‘Balikin’. Lagu inilah, yang oleh Slankers ditengarai sebagai tekad baru Slank untuk kembali ke ‘jalan yang benar’.
Dari dalam ‘tubuh’ Slank itu sendiri, muncul pemberontakan dari Ridho Hafiedz yang mengancam akan mundur dari Slank jika mereka (Bim-Bim, Kaka dan Ivanka) masih ngobat. Maka dari itu, mereka (Bim-Bim, Kaka dan Ivanka) memutuskan untuk rehabilitasi dalam rangka menyembuhkan ketergantungan mereka terhadap narkoba.
Seperti album2 Slank sebelumnya, album ‘TUJUH’ ini pun lagi2 laku keras di pasaran. Album ini mampu terjual hingga 1 juta kopi lebih. Sayangnya, album ini adalah klimaks dari penjualan seluruh album2 Slank karena penjualan album2 Slank berikutnya mengalami penurunan yg cukup drastis.
1342947505742223177
Slank bukan cuma berubah dalam urusan musik. Gaya berpakaian mereka saat ini pun berubah. Bim-Bim dan Kaka yang dulu tampil kumuh dengan kaus oblong, sandal jepit dan seadanya .
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

1 komentar:

Posting Komentar